Pemuda, Pemilih Pemula Dalam Pemilu



 sumber Gambar:  arjunajuna8.blogspot.com




Ada yang tahu tidak, Siapa itu “Pemilih Pemula” ? Mendengar kata itu pasti yang terlintas dipikiran kita yaitu remaja yang baru dapat KTP. Tapi terlepas dari itu pemilih pemula juga bisa orang tua yang selama hidupnya belum pernah memilih dan baru mau memilih. Bisa juga Warga Negara Asing yang baru  jadi WNI. Atau bahkan bisa juga Ibu-ibu yang baru memilih karena tertidur selama 19 tahun tidak bangun-bangun, hehehe. Oleh karena itu saya berkesimpulan bahwa pemilih pemula adalah orang-orang yang  baru memilih di suatu pemilihan tertentu dan belum dibekali ilmu dan seluk beluk  pemilihan tersebut.



Dalam pembahasan kali ini, saya mau mempersempit arti “Pemilih Pemula” yaitu pemuda/pemudi yang baru memilih.
Kenapa pemuda? Kan aku juga pemuda jadi lebih baik saya membahas yang sesuai dengan umur saya daripada membahas tentang masalah poligami ,kan tidak nyambung. Oheeeheee. 
sumber gambar: Beritajogja.co.id

Pemuda itu merupakan salah satu bagian yang potensial dari PEMILU. Tapi sangat disayangkan bahwa pemuda memiliki persoalan yang begitu besar. Pemuda Indonesia hanya tertarik pada sesuatu yag dianggap penting untuk dirinya sendiri. (Kok aku bisa tahu, kan aku juga pemuda). Karena pemuda hanya tertarik pada sesuatu yang dianggap penting untuk dirinya sendiri sehingga membuat partisipasi pemuda di pemilu sangat kecil. Edukasi politik terhadap pemilih pemula sangat penting dan bahkan wajib. Edukasi ini tentunya bermacam-macam cara dan salah satunya melalui sekolah. Kita tidak bisa pungkiri bahwa sekolah merupakan aspek penting dalam perkembangan remaja. Maka dari itu sekolah harus memasukkan nilai-nilai pentingnya demokrasi dalam kehidupan. Hal ini merupakan cara yang paling efektif untuk membangun pemuda yang menjadi “pemilih pemula menjadi sehat”.

Karena pemuda Indonesia hanya tertarik pada sesuatu yang dianggap penting untuk dirinya sendiri maka muncul persoalan lain yaitu “Salah Pilih”. Pemuda yang memilih untuk kepentingannya sendiri akan memilih tidak sesuai hati mereka melainkan hanya dengan nafsu belaka. Bahasa orang gaul Bugis-Makassar yaitu “Kupilihko asal ada uangmu”. Hal ini menyebabkan para remaja tidak memilih untuk kepentingan bersama melainkan untuk kesenangan pribadi. Lebih parahnya lagi, masalah ini bukan cuma dialami oleh pemuda saja melainkan masyarakat pun begitu. Pengetahuan politik yang sangat dangkal oleh masyarakat membuat masalah ini merupakan virus politik saat ini.

Terlepas dari semua itu. Pemuda merupakan barometer kesuksesan PEMILU di suatu Negara. Hal itu disebabkan karena pemuda adalah aspek terpenting dalam PEMILU. Pemuda adalah penentu nasib kedepannya Indonesia, jika pemuda Indonesia memiliki kualitas mumpuni dalam segala aspek bukan tidak mungkin wajah Indonesia kedepannya menjadi cerah baik itu dari politik, ekonomi dan lainnya.
 sumber gambar: imroatulislamiya41.wordpress.com
Saat ini menurut saya, pemuda sudah memiliki pemahaman baik soal demokrasi (terkhususnya di daerah saya). Tentu saja pendapat saya ini dilandasi oleh fakta dan data. Contohnya di sekolah saya SMA Negeri 1 Maros. Semuanya tahu mengenai demokrasi, dan tentunya arti penting demokrasi itu mereka implementasikan baik itu dari hal  yang paling sederhana sampai dari sesuatu yang besar sekalipun.

“Ada yang tahu kapan PEMILU diadakan?” Tanya saya di depan kelas. “9 April Aldy” Sahut teman saya.
Nah, dari kutipan dialog diatas menandakan tentang kepedulian tentang demokrasi di daerah saya itu masih cukup tinggi. Walaupun data saya ini tidak bisa jadi acuhan tingkat kepedulian politik di Indonesia tapi setidaknya bisa menjadi batu loncatan atau referensi buat para pemilih pemula di daerah lainnya.

Walaupun untuk pemilu kali ini saya belum bisa ikut memilih karena belum punya SIM, eh maksudnya KTP tapi tetap saja saya berharap agar pemilih pemula Indonesia tahun ini adalah pemilih yang cerdas. Salam Satu Negeri *Muh. Aldy Jabir*
Previous
Next Post »