Mitos Seputar Kesehatan Anak


Memiliki seorang anak adalah hal yang terindah yang dimiliki oleh sepasang suami istri. Tak ayal orang di sekitar juga ikut bahagia sehingga banyak memberikan petuah berupa hal-hal yang perlu dilakukan dan yang tidak harus dilakukan untuk anak. Bahkan petuah-petuah tersebut terkadang disangkut pautkan dengan mitos-mitos seputar kesehatan anak. Mitos-mitos tersebut terkadang ada yang benar dan ada yang tidak. Serta ada yang percaya dan ada yang tidak percaya. Namun beberapa dokter menyatakan pendapatnya bahwa beberapa hal yang dikatakan oleh orang tua justru dapat membahayakan kesehatan anak itu sendiri. Tidak selamanya mitos seputar kesehatan itu benar semua.

Setidaknya terdapat enam mitos yang mungkin sering anda dengar dari orang-orang di sekitar anda seputar kesehatan anak. Dari keenam mitos tersebut, salah satu yang tidak asing didengar adalah mitos mengenai jika si anak tumbuh giginya dapat menyebabkan sakit demam. Faktanya, orang tua justru seringkali mengabaikan sakit demam yang dialami oleh si anak saat gigi anak sedang tumbuh. Karena percaya terhadap mitos ini, justru dalam membahayakan si anak itu sendiri. Belum ada penelitian mengenai keterkaitan antar dua hal tersebut. Tetapi mitos ini sudah terlanjur dipercaya oleh orang tua. sehingga untuk melepaskan mitos tersebut cenderung susah. Namun bagaimanapun juga, jika anak sedang demam di saat gigi tumbuh hendaknya jangan diabaikan. Dan segera diperiksakan ke dokter.

Mitos kedua seputar kesehatan anak berikutnya adalah bayi saat kepanasan membutuhkan air. Faktanya, bayi sama seperti dengan anak-anak dan juga orang dewasa yang membutuhkan air saat mereka sedang merasa haus. Namun di beberapa kasus ibu memberikan air minum yang lebih banyak. Padahal bayi membutuhkan asupan ASI yang lebih banyak atau dari susu formula. Sehingga beberapa dokter menyarankan untuk memberikan bayi air untuk solusi dehidrrasi oral. Karena ginjal bayi belum bisa berfungsi dengan baik sehingga tubuhnya juga belum cukup siap untuk mengeluarkan air. Dan akibat yang ditimbulkan adalah ketidakseimbangan antara sodium dan elektrolit.

Mitos yang ketiga, anak akan lebih bisa cepat berjalan jika menggunakan baby walker. Padahal beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan jika baby walker justru dapat memperlambat anak untuk belajar berjalan dengan menggunakan kemampuannya sendiri. Penggunaan baby walker juga tidak dianjurkan karena baby walker bisa membahayakan keselamatan si bayi jika bayi tidak diawasi. Mitos lainnya seputar kesehatan anak adalah tentang pemberian obat dewasa untuk anak. Walaupun dosis obatnya sudah dikurangi, namun tetap saja membahayakan si anak itu sendiri. Akibat yang bisa ditimbulkan jika memberikan obat dewasa untuk anak adalah anak bisa sesaknapas atau bisa terkena sinus.

Mitos kelima seputar kesehatan anak selanjutnya adalah tentang mengatasi infeksi yang terjadi pada telinga bayi dengan menggunakan ASI. Bukannya dapat membantu justru dapat mengakibatkan munculnya infeksi yang baru. ASI memang mengandung antibody yang bermanfaat  untuk si anak. Namun ASI juga terdapat banyak gula yang bisa mengakibatkan tumbuhnya bakteri. Area yang terkena infeksi, tertutup oleh gendang telinga. Sehingga ASI tidak dapat menjangkau ke area tersebut. Dan hasilnya ASI akan menggenang. Dari genangan tersebut maka bisa timbul bakteri. Jadi mitos seputar kesehatan anak ini adalah salah.

Mitos yang keenam seputar kesehatan anak adalah anak dilarang mengkonsumsi santan agar tidak mencret. Mitos seputar kesehatan tubuh anak ini salah. Santan mengandung lemak yang kalorinya lebih tinggi jika dibandingkan dengan protein dan juga karbohidrat. Namun anak yang usianya sudah lebih dari 1 tahun akan baik-baik saja jika makan santan. Karena saluran pencernaan anak di usia tersebut sudah mampu untuk menyerap makanan keluarga. Karena tubuh membutuhkan lemak, maka mengkonsumsi santan tidak ada salahnya.

Credit : InfoSehat.in
Previous
Next Post »