Seorang Wanita Dan Seekor Kadal

Suatu hari, seperti biasanya, istriku keluar bersama sejumlah wanita untuk mencari rerumputan sebagai makanan ternak-ternak kami di perbatasan daerah. Di tengah-tengah mengumpulkan rerumputan itu dan setibanya di tempat tujuan, dia melihat seekor kadal. Dia pun langsung
mengejarnya dan mengira itu seekor biawak, karena dia tahu betul aku sangat suka makan biawak. Kadal itu lari dari pohon satu ke pohon lainnya. Dia memburu kadal itu dan berusaha menangkapnya, sementara teman-teman wanitanya meneriakinya, “Biarkan dia! Carilah rumput! Ayolah kita kembali.”


Akhirnya, dia pun berhasil menangkapnya, memasukkannya ke dalam saku kanannya dan mulai mencari rumput. Apabila kadal itu melongokkan kepalanya untuk lepas atau menghirup nafas, dia pun memukulnya dengan sabit, lalu kadal itu pun kembali ke dalam sakunya. Demikianlah dia dan kadal itu saling berseteru sampai dia pulang ke rumahnya. Lalu, dia pun mengeluarkan kadal itu dari sakunya dan mengikatnya pada cadar (penutup muka) dan jilbabnya.

Ketika aku masuk ke dalam rumah, seketika istriku berkata kepadaku, “Bergembiralah, wahai Abu fulan! Aku akan menyenangkan hatimu dengan seekor buruan.” Aku pun berkata kepadanya, “Semoga Allah juga menggembirakanmu dengan suatu kebaikan.”
“Aku bawakan kamu seekor buruan yang kamu sukai. Lihatlah dia di dalam kamar!” Sahut istriku.
Aku pun buru-buru ke tempat yang dimaksud, siapa tahu itu adalah seekor kelinci darat, seekor burung atau buruan montok dari sejenis burung. Ketika aku sudah masuk kamar, seketika kulihat seekor kadal yang membuka mulutnya, mengangkat ekornya dan membungkukkan punggungnya ingin melompat ke arahku. Mendadak, merinding bulu kudukku dibuatnya dan oleh pemandangannya yang menakutkan. Aku berbalik ke arah pintu dan pergi kepada istriku. Kukatakan kepadanya, “Apa-apaan ini?”
“Biawak. Demi Allah, ku
habiskan waktu lebih setengah jam untuk berlarian di belakangnya guna menangkapnya. Setelah kukerahkan segenap tenaga, aku pun berhasil menangkapnya dan menaruhnya di dalam sakuku hingga kuhadirkan untukmu.” jawab istriku.
Lelaki ini pun berkata kepadanya: “….akan tetapi, dia bukan seekor biawak, melainkan seekor kadal.”
“Apa?” sahut istriku terkejut.
“Yang kamu dengar tadi adalah kadal.” jawabku meyakinkannya.
Dia pun berkata, “Lepaskan jilbabku darinya! Demi Allah, aku tidak akan masuk kamarku selama dia masih di dalamnya. Ayo, cepat keluarkan dia dari rumah kita. Alhamdulillah, atas keselamatanku.” Sang suami mendengarkan ucapan istrinya itu sambil tertawa.
Bagaimana tidak, sedang kadal itu dari sejak pagi ada dalam sakunya, dipeganginya dan dibolak-balik tangannya. Tetapi, kini dia ingin keluar dari rumah selagi kadal itu masih berada di dalamnya. Lelaki itu pun berusaha melepaskannya. Ketika si istri melihat sang suami memegangi karung yang berisi kadal, dia pun naik ke atas loteng rumah agar kadal itu tidak terlepas dari suaminya. Lelaki itu kemudian membuangnya ke pematang sawah terdekat setelah susah payah melepaskan ujung tali kadal itu dan memasukkannya ke dalam karung, dan mereka pun selamat dari kejahatan kadal itu.
Sumber: Serial Kisah Teladan 3, Muhamad Shalih Al-Qahthani, Hal: 123, Penerbit Darul Haq
Previous
Next Post »