Waspadalah terhadap Penyakit Futur



Futur adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja. Hakikat futur adalah dehidrasi iman dan amal, yaitu virus yang menyerang motivasi seseorang sehingga menyebabkan turunnya kualitas atau melemahnya frekuensi iman dan amal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah mengisyaratkan bahwa setiap amalan sangat rentan terserang penyakit futur, diantara adalah sabda beliau:

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ


“Setiap amalan pasti ada gairahnya dan setiap gairah pasti mengalami penurunan (futur), barangsiapa penuruannya kepada sunnah maka ia telah beruntung dan barangsiapa penurunannya kepada bid’ah maka ia telah binasa.” (Hadits riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Ali Hasan dalam kitab Arba’uuna Hadiitsan fi Syakhsiyah Islamiyyah)



Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ

“Sesungguhnya agama ini sangat mudah. Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah.” (Hadits riwayat Al-Bukhaari)
dan dalam hadits lainnya beliau mengatakan:

سَدِّدُوْا، وَقَارِبُوْا، وَاغْدُوْا وَرُوْحُوْا، وَشَيءٌ مِنَ الدُّلْجَةِ؛ القَصْدَ القَصْدَ تَبْلُغُوْا

“Sederhanalah dalam beramal, mendekatlah pada kesempurnaan, pergunakanlah waktu pagi dan sore serta sedikit dari waktu malam. Bersahajalah, niscaya kalian akan sampai tujuan.” (Hadits riwayat Al-Bukhaari)


Ibnu Hajar menukil perkataan Ibnul Munayyir dalam Fathul Baari sebagai berikut; Ibnul Munayyir berkata: Hadits ini termasuk salah satu mukjizat nabi. Kita semua sama-sama menyaksikan bahwa setiap orang yang kelewat batas dalam agama pasti akan terputus. Maksudnya bukan tidak boleh mengejar ibadah yang lebih sempurna, sebab hal itu termasuk perkara yang terpuji. Perkara yang dilarang di sini adalah berlebih-lebihan yang membuat jemu atau kelewat batas dalam mengerjakan amalan sunnat hingga berakibat terbengkalainya perkara yang lebih afdhal. Atau mengulur kewajiban hingga keluar waktu. Misalnya orang yang shalat tahajjud semalam suntuk lalu tertidur sampai akhir malam sehingga terluput shalat Subuh berjama’ah, atau sampai keluar dari waktu yang afdhal atau sampai terbit matahari sehingga keluar dari batasan waktunya. Dalam hadits Mihzan bin Al-Adra’ yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan:

إِنَّكُمْ لَنْ تَنَالُوْا هَذَا الأَمْرَ بِالمُغَالَبَةِ، وَخَيْرَ دِيْنِكُمْ اليُسْرَةُ


“Kalian tidak akan dapat melaksanakan dien ini dengan memaksakan diri. Sebaik-baik urusan agamamu adalah yang mudah.”


Dari pernyataan ini dapat dipetik kaedah wajibnya mengambil rukhshah (dispensasi) syariat. Melaksanakan azimah (ketentuan asal) pada saat diberikannya dispensasi merupakan bentuk memaksakan diri. Misalnya orang yang tidak bertayammum tatkala ia tidak mampu menggunakan air, sehingga karena memaksakan diri menggunakan air ia mendapat mudharat.”
Dalam hadits lain dari Abdullah bin Mas’ud Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

هَلَكَ المُتَنَطِّعُوْنَ


“Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Hadits riwayat Muslim)
Melalui hadits di atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada umat manusia bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kesederhanaan dan keseimbangan dalam ucapan dan perbuatan. Sikap yang keluar dari batas-batas keseimbangan dan berlebih-lebihan akan memudharatkan pelakunya. Ia akan terhenti di tengah jalan. Sebab, sikap tersebut akan membuatnya jenuh dan bosan. Dan dapat menyebabkan ia mengabaikan kewajiban yang lebih utama atau tertunda melaksanakannya. Misalnya, seorang yang shalat tahajjud sepanjang malam, lalu tertidur pada akhir malam sehingga melewati waktu Subuh atau minimal ia terluput mengerjakan shalat Subuh berjamaa’ah di masjid.


Sebagai contoh makruh hukumnya meninggalkan shalat malam bagi yang sudah biasa mengerjakannya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash Radhiyallahu anhuma ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku:

يَا عَبْدَاللَّهِ لَا تَكُنْ مِثْلَ فُلَانٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ


“Hai Abdullah, janganlah seperti si Fulan, dahulu ia rajin mengerjakan shalat malam kemudian ia meninggalkannya.” (Hadits riwayat Al-Bukhaari (1152) dan Muslim (1159).)
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Baari (III/38): “Dapat diambil istimbath hukum dari hadits ini makruhnya memutus ibadah yang rutin dikerjakan meskipun ibadah itu tidak wajib.”
Banyak sekali ditemukan kasus-kasus futur di tengah kaum muslimin namun sangat sedikit diantara mereka yang menyadarinya. Pasalnya, masalah ini memang jarang dibicarakan. Maka dari itu dalam kesempatan singkat ini kita mencoba membahas tentang penyakit futur dan sebab-sebabnya serta cara-cara mengatasinya:


Bagaimanakah penyakit futur bisa menulari kita?
 
1.Ghurur dan gila popularitas atau kebalikannya

Ghurur adalah takjub dengan kehebatan diri sendiri, merasa paling hebat dan paling tinggi dari orang lain. Ini adalah penyakit, disamping itu merupakan jalan masuk bagi sifat sombong. Hakikat sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
Sebab ghurur

  1. Pujian dan sanjungan.
  2. Suka melihat dan mendengar kesalahan orang lain.
  3.  
Pengobatan penyakit ghurur:
  1. Meminta bimbingan ulama dan orang shalih.
  2. Menerima nasihat.
  3. Senantiasa tawaadhu’ dan berbaik sangka terhadap orang lain.
  4. Menyorot diri sendiri sebelum menyorot orang lain.
  5. Memohon kepada Allah.
  6. Menyadari kelemahan dan kekurangan diri.

Dua penyakit akut: 

  1. Berhujjah dengan kesalahan orang lain dan mengikuti zallah (ketergelinciran) seorang alim.
  2. Semut di seberang lautan dapat terlihat, gajah di depan mata tak kelihatan.

2.Melalaikan nawaafil (amalan-amalan sunnat) dan menganggap remeh perkara-perkara makruh

Pengobatannya:
  1. Awas, satu hilang dua terbilang!
  2. Menguatkan azam dan menjauhi sikap tafrith (anggap enteng)
  3. Menguatkan cinta kepada Allah dan benar-benar memohon dan meminta inayah
  4. kepada-Nya.
  5. Mujahadah dan mushaabarah.

3.Banyak bergaul dan berkumpul dengan pelaku maksiat dan mendekati atau mendatangi tempat-tempat fitnah 

  1. Pengaruh lingkungan, alam ghaib dan alam nyata.
  2. Pengaruh teman dan pergaulan.
  3. Bithaanah khair dan bithaanah suu’. Bithaanah artinya adalah teman kepercayaan dan tempat bertukar pikiran.

Bagaimana mengatasinya?
  1. Sediakanlah waktu untuk muhasabah dan menyendiri (uzlah)
  2. Tidak membuka front dan kontroversi serta menjauhi majelis jidal (debat kusir)
  3. Kemandirian

Antara Ishraar dan Tark
Ishraar adalah mempertahankan perbuatan dosa dan kesalahan, dan tark adalah melalaikan kewajiban dan hal-hal yang dianjurkan.

  1. Meluruskan tabiat dan kebiasaan (alah bisa karena biasa)
  2. Jangan menganggap kecil dosa kecil dan jangan menganggap remeh amal kebaikan walaupun sedikit
  3. Membiasakan diri taubat setiap saat

Tidak punya tujuan dan arah hidup yang jelas
Solusinya:
  1. Menetapkan tujuan
  2. Tidak tergesa-gesa memetik hasil
  3. Selalu mengaitkan diri dengan akhirat

Adanya intervensi dam tekanan-tekanan pihak luar
  1. Tekanan kedua orang tua
  2. Tekanan keluarga (suami/istri dan anak-anak)
  3. Tekanan atasan
  4. Tekanan jiran tetangga
  5. Tekanan pihak penguasa
Bagaimanakah mengatasi tekanan-tekanan tersebut?
  1. Jangan taat kepada siapapun dalam perkara maksiat terhadap Allah!
  2. Sabar menghadapi gangguan berupa ejekan dan cemoohan
  3. Jangan korbankan akhirat karena menjaga kepentingan dunia
  4. Ihtisaab, pahala akhirat lebih baik dan lebih kekal
  5. Jangan buka tawar menawar dalam urusan agamamu!
  6. Jadilah contoh yang baik bagi orang lain
  7. Melepas sebagian dari hak-hak pribadimu
4.Menjauhi lingkungan yang penuh keimanan (majelis-majelis ilmu dan sejenisnya) dan menjauhi pergaulan dengan orang-orang shalih dalam waktu yang lama
Tenggelam dan larut dalam urusan dunia sehingga menjadi budak dunia 

Terapi pengobatannya:
  1. Tidak terpesona dengan gemerlap dunia, ambil ibrah dari kisah Qarun.
  2. Ambillah bagian dari dunia sekadar untuk menutupi kebutuhanmu.
  3. Mengidam-idamkan pahala akhirat.
  4. Jadilah engkau di dunia seperti musafir kelana.

Fitnah syahwat dan fitnah wanita
Jenis-jenis syahwat yang dimaksud di sini:
  1. Menyorotkan pandangan kepada perkara-perkara yang haram dilihat.
  2. Ikhtilaat (campur baur lelaki dan perempuan).
  3. Khalwat (berdua-duan dengan wanita bukan mahram).
  4. Al-Aadah Sirriyah (onani atau masturbasi).
  5. Fitnah zina.
  6. Fitnah liwath (homoseksual).
  7. Fitnah wanita dan amraad (anak laki-laki yang belum tumbuh jenggotnya).

Sebab-sebab jatuhnya seorang insan dalam fitnah syahwat:
  1. Lalai mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  2. Tidak ghaddhul bashar (menjaga pandangan).
  3. Lemah jiwa.
  4. Panjang angan-angan dan mengikuti keinginan-keinginan batil.
  5. Tidak menjaga lima pintu masuk setan ke dalam hati (lahzhaat, khatharat, lafzhaat, khutwaat dan sam’aat).
  6. Hati dan pikiran yang terbiasa kosong.
  7. Hanyut dalam pergaulan bebas.
  8. Mengikuti langkah-langkah setan.

Cara mengatasinya:
  1. Isti’aanah (memohon pertolongan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  2. Muraaqabah.
  3. Mengisi waktu dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat.
  4. Menjauhi tempat dan sarana yang berpotensi menyeret kita ke dalam fitnah syahwat.
  5. Menangisi kesalahan dan tetap betah di rumah.
5.PANJANG ANGAN-ANGAN
Cara mengatasinya:
  1. Banyak mengingat kematian dan kehidupan setelah mati dengan sering-sering berziarah kubur, mengurusi jenazah, mengunjungi orang sakit atau menghadiri orang sekarat.
  2. Segera beramal dan menjauhi taswiif (menunda-nunda amal).
  3. Banyak bersyukur, dengan melihat orang-orang yang dibawah kita dan sering-sering menghitung nikmat.
(Sumber Rujukan: Shahih Muslim, Shahih Bukhari, Fathul Baari)
Disalin dari: Arsip Moslem Blogs dan sumber artikel dari Media Muslim Info

Previous
Next Post »